Sejarah Kota Subang Singkat

7 minutes reading
Saturday, 25 Mar 2023 12:01 0 159 setiawan

Sejarah Kota Subang Singkat – Game Offline Mudah No Limits Wanted Top 5 Acara TV Edukasi Untuk Anak Hapus Akun FB: Karena Lelah Film Bali Lima Turis Rekomendasi Toko Pakaian Mario Plered Dipecat

YOGI MIFTHAHUL FAHMI/PASUNDAN KATA SISWA: The Story of Lori atau yang kini dikenal dengan Jembatan Pelangi telah ditetapkan sebagai situs sejarah efektif mulai 29 Desember 2021.

Sejarah Kota Subang Singkat

SUBANG-Untuk mengakui Desa Sidajaya sebagai kota wisata baru di Kabupaten Subang, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Subang dan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Subang menetapkan Jembatan Lori dan Desa Sidajaya sebagai situs sejarah.

Profil Kppn Purwakarta

Jembatan sepanjang 100 meter ini merupakan jembatan peninggalan Belanda yang menjadi peluang transportasi hasil bumi dari era Tanah Pamanoekan & Tjiasem (P&T).

Acara diisi dengan penyerahan surat oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Subang dan Jembatan Lori merupakan tempat bersejarah dan banyak disaksikan warga Desa Sidajaya.

Muspika Cipunagara turut serta dalam acara tersebut bersama mantan Bupati Cipunagara, H Ubay Subarkah, Danramil Pagaden, Wakapolsek Pagaden, Pemdes Sidajaya dan Boss Urip selaku promotor kota Sidajaya sebagai kota wisata.

“Kita tahu P&T Land menguasai Subang dari tahun 1813 dan itu salah satu warisannya,” kata Khadar.

Kenapa Kabupaten Subang Dijuluki Kota Nanas

Menurutnya, berdasarkan UU Cagar Budaya, Kemendikbud melakukan pendataan di Kabupaten Subang dan Jembatan Lori adalah salah satu yang dibuat.

Untuk menentukan apakah jembatan ini bisa menjadi cagar budaya, menurut undang-undang sebenarnya akan ada sekelompok ahli yang melakukan penelitian terhadap jembatan ini.

“Nanti ada kelompok ahli yang akan menyelidiki untuk menentukan apakah ini cagar budaya atau bukan, jika hasilnya mendukung pelestarian budaya, pemerintah akan memutuskan apakah itu undang-undang khusus,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Sidajaya Carta berharap dengan memasang meterai perlindungan sebagai warisan sejarah yang akan terus menjadi cagar budaya, tidak ada lagi pertemuan yang memutus pembobolan jembatan ini.

Selamat Datang Di Sma Negeri 1 Subang

“Karena jembatan ini juga salah satu jembatan yang masih digarap warga, meski di sebelahnya dibangun jembatan lain,” ujarnya.

Selain untuk menjaga pelayanan, jembatan ini juga memiliki nilai sejarah yang tinggi. “Tentunya kajian warisan budaya enam tahap yang akan dilakukan akan membawa manfaat bagi masyarakat Sidajaya,” ujarnya.

Ketika Subang menguasai tanah Pamanoekan & Tjiasem atau Tanah P&T kecil yang dimiliki oleh seorang pedagang kopi bernama Peter Willem Hofland, ia membuat 8 kedemangan (pekerja rahasia yang mengelola suatu kabupaten), yaitu Cisalak, Wanareja, Sagalaherang, Pagaden , Pamanukan. . , Ciasem, Purwadadi dan Kalijati. Tahun 1859 membantunya mengelola hasil panen di Kabupaten Subang.

Hasil kekayaan alam Cigarukgak masuk ke kawasan Cipunagara dan masuk ke kawasan Pagaden, yang akan melewati Desa Manyingsal dan masuk ke pusat Kota Subang.

Wilujeng Milangkala, Desa Wantilan Ka 102

Sekarang, sisa-sisa sejarah tidak dapat dilihat. Pabrik dan jalur truk ke Manyingsal juga hilang. Hampir ada jembatan tua yang dibangun pada zaman Belanda yang menghubungkan kota yang masih memiliki rel kereta api yang mengangkut kekayaan. (ygi/ysp) Diketahui bahwa kawasan Subang telah dihuni pada zaman dahulu, terbukti dengan ditemukannya artefak-artefak pada masa Neolitikum, tepatnya di kawasan Kalijati, Pagaden, Bojongkeding dan Dayeuhkolot (sagalaherang). Sebuah situs Budaya Perunggu Prasejarah juga ditemukan di Desa Engkel, Sagalaherang.

Pada masa Hindu, Subang termasuk dalam tiga bagian kerajaan yaitu Tarumanegara, Galuh dan Pajajaran. Penemuan gerabah Tionghoa di Patengeng, Kalijati menunjukkan bahwa pada masa ketiga kerajaan tersebut terdapat hubungan dagang dengan orang Tionghoa. Bahkan ada pilihan di negara lain.

Oleh karena itu, pada masa Islam, pengaruh dan penyebaran Islam di wilayah Subang tidak lepas dari karya ulama asal Talaga, Majalengka, yaitu Dinasti Goparana sekitar tahun 1350 dan mendirikan tempat tinggal di Sagalaherang yang menjadi induk hal-hal menyebar. . Islam di Subang.

Pada masa kemerdekaan, Subang berperan penting dalam perjuangan bangsa. Tercatat dalam sejarah banyak didirikan korps militer di pemerintahan. antara lain BKR, API, Pesindo, Lasykar Uruh, dll. Pada tahun 1946, Kediaman Jakarta dipindahkan ke Subang yang dipilih berdasarkan gagasan sistem militer masa itu, dimana Sewaka adalah penduduk pertama yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kusnaeni kembali digantikan oleh Kosasih Purwanegara pada Desember 1946 dengan wakilnya Mukmin yang menjadi residen Purwakarta. Pada tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih meninggalkan Subang dan Mukmin dan meninggalkan Purwakarta pada tanggal 6 Februari 1948. Hal inilah yang mendorong perayaan tersebut. pertemuan pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu dipimpin oleh Karlan. Pertemuan ini menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

Kesenian Singa Depok Asal Subang

Wilayah Kabupaten Karawang Timur sekarang menjadi Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta. Kedua kabupaten tersebut adalah Kabupaten Purwakarta dan ibukotanya adalah Subang. Rapat tanggal 5 April 1948 menjadi hari jadi Kabupaten Subang sesuai Keputusan DPRD No: 01/SK/DPRD/1977.

Kini peneliti sedang melakukan penelitian di situs Nyai Subanglarang (istri Prabu Siliwangi, ibu Prabu Kian Santang), yang diduga sebagai asal muasal nama Subang.

Kabupaten Subang berdiri sendiri sebagai Kabupaten setelah dipisahkan dari Kab. Purwakarta tahun 1968 berdasarkan UU No. 4 Tahun 1968 membagi Kabupaten Purwakarta menjadi dua Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

Subang adalah bahasa campuran dan kaya akan bahasa Sunda, Jawa, Sunda-Jawa, Cirebon. Subang juga memiliki potensi wisata yang unik, sehingga dulu banyak tim yang berkompetisi di kompetisi ini. Tangkuban Parahu dan Ciater merupakan tempat wisata paling populer di kalangan masyarakat Jawa Barat dan Jakarta. Subang. _ Jawa barat. Kabupaten Subang dikenal sebagai kota nanas. Hal ini wajar karena Subang sebenarnya merupakan salah satu daerah penghasil nanas terbesar di Indonesia. Salah satunya adalah nanas madu yang merupakan buah berkualitas tinggi yang terdapat di wilayah Subang.

Museum Wisma Karya

Disebut Kota Nanas, ada sebuah tugu yang menjadi simbol di Subang. Monumen itu tidak lain adalah monumen nanas. Monumen Nanas terletak di Desa Jalancagak, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang.

Bagi yang tinggal di Subang pasti tahu betul kalau dari sisi Subang ke Bandung, atau Purwakarta dan melihat tugu nanas. Lokasi persisnya ada di depan Polsek Jalancagak.

Menurut penganjur sejarah Subang Yono Sugiono, sejarah berdirinya Monumen Nanas Subang dikarenakan kawasan Subang bagian selatan, seperti Jalancagak, menjadi kekuatan ekonomi dan areal kerja tani.

“Secara geografis, Jalancagak adalah gunung. Oleh karena itu, dari segi pertanian tinggi, karena di tengah juga sangat signifikan, terutama untuk nanas,” kata Yono saat baru-baru ini mengatakan di detikJabar.

Pemkab Subang Belajar Pembentukan Lppl Ke Kota Pekalongan

Yono mengatakan, untuk menyerahkan kawasan Jalancagak menjadi penghasil nanas terbaik, Camat Jalancagak saat itu membangun tugu nanas pada 2005. Namun, pembangunan tugu nanas tahun itu masih sederhana.

“Untuk memberikan merek Jalancagak sebagai tempat terbaik menanam nanas, sekitar tahun 2005, di bawah kecamatan Pak Aseng, dibangun tugu nanas, tapi masih sederhana,” ujarnya.

Untuk menjadikan tugu nanas sebagai pajangan, lanjut Yono, pada 2015 lalu Pemkab Subang melakukan pemugaran tugu nanas yang dipimpin oleh Gubernur Ojang Sopandi saat itu. Selain dari masa Ojang, tugu ini juga dihiasi dengan nanas di bawah pemerintahan penguasa saat ini, Ruhimat.

“Dulu mantan Gubernur Subang bernama Pak Ojang, ingatan tentang nanas sudah kembali baik. Sekarang, pimpinan Pak Ruhimat sudah direformasi,” ujarnya.

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (kppn) Tipe A2 Purwakarta

Terlihat, tugu nanas ini merupakan simbol dari Jalancagak yang merupakan penghasil nanas di Subang. Hal ini juga ditunjukkan oleh kehidupan masyarakat Jalancagak yang sebagian besar berprofesi sebagai petani nanas. Selain itu, saat melewati kawasan Jalancagak, orang akan melihat banyak orang berjualan nanas di pinggir jalan.

Selain sebagai penghasil nanas terbesar, Jalancagak juga memiliki bangunan yang bernilai sejarah. Bahkan, terdapat sisa-sisa peninggalan zaman penjajahan Belanda di Subang, salah satunya bangunan yang kini menjadi Kantor Pos yang berada di depan tugu nanas.

Menurut Yono, Jalancagak sendiri merupakan wilayah yang melintasi empat wilayah yakni Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Purwakarta.

“Masyarakat Jalancagak merupakan segitiga tiga pemerintahan, yakni di timur Kabupaten Sumedang, di selatan Kabupaten Bandung Barat, dan di utara Kabupaten Subang,” ujarnya.

Jadwal Salat Subang Senin 9 Agustus 2021

Adapun sejarah dan nama Jalancagak sendiri, kata Yono, merupakan daerah yang pada saat itu dikenal dengan dataran, yang oleh penduduk setempat disebut nyagak atau cabang. Namun pada zaman Belanda, Belanda menggunakan kawasan Jalancagak sebagai tempat berlindung tentara Belanda untuk memeriksa kendaraan pengangkut hasil panen rakyat saat itu.

“Kalau dilihat dari atas, bentuknya seperti nyagak, atau dalam bahasa Indonesia dengan cabang. Daerah tempat Belanda menggunakan penelitian semacam itu ternyata berada di bawah kendali penjaga Belanda. . Itu dijaga. perdagangan atau pertanian,” katanya.

Sejarah singkat kota medan, sejarah singkat kota cirebon, subang kota, sejarah singkat kota jakarta, sejarah kota subang, sejarah singkat kota tangerang, sejarah kota subang jawa barat, sejarah singkat kota bogor, sejarah subang, sejarah singkat kota semarang, sejarah singkat kota yogyakarta, sejarah singkat kota bandung

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    LAINNYA