Sejarah Kota Jakarta

8 minutes reading
Tuesday, 21 Mar 2023 03:01 0 151 setiawan

Sejarah Kota Jakarta – Sejak tahun 1956, hari jadi kota Batavia ditetapkan setiap tanggal 22 Juni. Jauh sebelum disebut Batavia, kota ini mengalami banyak perubahan nama.

Kota Sunda sebelumnya dikenal sebagai Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia atau Jakatra (1619-1942) dan Batavia (1942-1972).

Sejarah Kota Jakarta

Batavia dulunya adalah salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang dikenal dengan Sunda Kalapa yang terletak di muara Sungai Siliwang. Ibu kota kerajaan Sunda yaitu Dayuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa dalam dua hari. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki kerajaan Sunda, selain pelabuhan Banten, Pontang, Sigade, Tamgara dan Simanuk. Kerajaan Sunda sendiri merupakan perhubungan dari kerajaan Tarunnagar pada abad ke-5, sehingga pelabuhan tersebut diyakini sudah ada sejak abad ke-5 dan ibukota Tarunnagar disebut Sundapur.

Potret Jakarta Dari Awal Kemerdekaan Hingga Reformasi

Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal dengan nama Pelabuhan Purus. Kapal-kapal asing dari Cina, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah mendarat di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, tekstil, parfum, kuda, anggur, dan pigmen untuk rempah-rempah. Pada saat itu juga.

Orang Eropa pertama yang datang ke Batavia adalah orang Portugis. Pada abad ke-16, Suravisesa, raja Sunda, meminta bantuan Portugis yang tinggal di Malaka untuk membentengi benteng di Sunda Kelapa dari kemungkinan serangan dari Cirebon, yang telah mundur dari kerajaan Sunda. .

Upaya Suraviessa untuk meminta bantuan Portugis di Malaka diabadikan dalam bahasa Sunda dalam bait puisi Mundingalaya dikusuma. Survisesa memberinya nama Mundingalaya.

Namun sebelum benteng selesai dibangun, Cirebon membantu Demaki untuk menyerang pelabuhan secara langsung. Orang Sunda menyebut insiden itu sebagai tragedi, karena serangan itu menghancurkan pelabuhan kota dan menewaskan banyak pengelola pelabuhan Sunda.

Museum Sejarah Jakarta

Walikota Batavia Sudiro memutuskan bahwa hari jadi Batavia pada tanggal 22 Juni 1956 didasarkan pada tragedi perebutan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengubah nama kota menjadi Jayakarta yang berarti kota kemenangan. Selain itu, Sunan Gunung, seorang castellan dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan kekuasaan Banten kepada putranya Maulana Hasanuddin Jayakarta, yang menjadi Sultan Kesultanan Banten.

Belanda tiba di Jayakarta pada akhir abad ke-16, setelah menetap di Banten pada tahun 1596. Pada awal abad ke-17, Jayakarta diperintah oleh Pangeran Jayakarta, kerabat Kesultanan Banten.

Pada tahun 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Koen merebut Jayakarta dengan mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian menamainya Batavia. Sebagai jajahan Belanda, Batavia menjadi kota besar dan penting.

Untuk membangun kota, Batavia mendatangkan pekerja budak. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, China dan Pantai Malabar, India.

Museum Jakarta: Museum Sejarah Jakarta (kawasan Kota Tua, Jakarta Barat)

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia yang menewaskan 5.000 orang Tionghoa. Dalam kekacauan ini, banyak orang Cina melarikan diri dari kota dan berperang melawan Belanda.

Setelah Koningsplein (Gambir) selesai pada tahun 1818, Batavia meluas ke selatan. Pada tanggal 1 April 1905, di ibu kota Batavia, berdiri dua kota atau permata, yaitu Gemante Batavia dan Mestre Cornelis.

Pada tahun 1920, Belanda membangun kota taman Meneng. Kawasan ini menjadi lokasi baru penguasa Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Mester Cornelis (Jatinegara) bergabung di wilayah Batavia Raya.

Pada tanggal 1 Januari 1926, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan pedoman desentralisasi ekstensif dan reformasi sistem desentralisasi. Di pulau Jawa dibentuk pemerintahan provinsi yang otonom.

Sejarah Menteng, Pemukiman Elit Warisan Belanda Di Jakarta

Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi pertama yang terbentuk di wilayah Jawa, diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926 dan diproklamirkan dalam Staatsblad tahun 1926. 326, 1928 no. 27 yang tidak 28, 1928 no. 438, dan 1932, n. 507. Batavia menjadi salah satu kursi di provinsi Jawa Barat, selain Benton, Buitenzorg (Bogor), Priangan dan Cirebon.

Sebuah koloni Jepang dimulai pada tahun 1942 dan Batavia dinamai Jakarta untuk menarik penduduk selama Perang Dunia II. Itu juga tempat Republik Indonesia dinyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945, dan diduduki oleh Belanda hingga pengakuan kedaulatan pada tahun 1949.

Nama Batavia ditegaskan pada 22 Juni 1956, pada masa pemerintahan Mayor Batavia Sudiro (1952-1960). Sebelum tahun 1959, Batavia termasuk dalam provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1959, status kota Batavia diubah dari kotamadya di bawah walikota dan dinaikkan ke tingkat kabupaten (Dati I) oleh seorang prefek. Pada tahun 1961, status Batavia diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Ibukota Khusus (DKI).

Important Role Of Jakarta From Age To Age

Penetapan tanggal 22 Juni sebagai hari lahir Batavia didasarkan pada saat Fatahilla berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Ketentuan di kota kalimat DPR no. 6/D/K/1956. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Batavia dibentuk dengan Peraturan Pemerintah No. II tahun 1961 bersama UU No. 2 PNPS 1961. (OL-14)

BPJT: MLFF bantu angkat sumbatan di gerbang tol Ramadhan FICCI 🕔 Selasa 21 Maret 2023, 07:49 WIB

Biaya rehabilitasi rumah dinas Gubernur DKI Batavia Rp 2,9 miliar itu masih wajar, karena harus melestarikan bangunan budaya.

Akun lain digunakan untuk ML, seperti perusahaan keluarga yang memiliki aset seluler untuk pihak lain.

Sejarah Panjang Batavia Hingga Berubah Nama Menjadi Jakarta

Pemprov DKI wajib melakukan himbauan bagi warga yang ingin mudik dan memiliki saudara atau kerabat yang tinggal di ibu kota. Seorang fanatik bahasa, Aki sedang mencari identitas sebagai Betawi setelah 20 tahun tinggal di luar negeri. Ia lahir di Kebon Jeruk, Batavia.

Sebagai penggila linguistik, sejarah pembentukan kata lebih menarik bagi saya. Namun terkadang tidak ada salahnya untuk sedikit mendalami sejarah sebenarnya dari suatu tempat atau masyarakat. Apalagi sekarang saya sedang mencoba untuk belajar lebih banyak tentang Betawi dan Batavia.

Asal Usul Nama Tempat di Batavia (Rachmat Ruchit, 2018) menyajikan beberapa nama di Batavia dan perkembangannya dari abad ke-15 hingga abad ke-20. Selain menceritakan asal usul nama Ruchit, ia juga menceritakan fakta sejarah menarik tentang tempat-tempat tersebut.

Ruchit sendiri memulai bukunya dengan kritik atau peringatan bahwa dia hanyalah pengagum catatan sejarah, bukan sejarawan. Tapi sepertinya dia sudah membaca banyak buku dan sedang mencari sumber untuk menulis buku ini.

Museum Sejarah Jakarta Di Kota Tua

Menulis dan berbicara juga menarik dan tidak membosankan. Itu sebabnya buku ini tidak seperti buku sejarah sekolah. Ngomong-ngomong, ceritanya pendek dan sederhana, kebanyakan panjangnya setengah halaman.

Beberapa nama tempat terbentuknya dalam buku ini berbeda dengan buku Cerita Rakyat Betawi: Budaya dan Kehidupan Orang Betawi (Abdul Cher) dan Kosakata Betawi (Ridwan Saidi). Perlu dicatat bahwa Cher dan Saidi adalah ahli bahasa (dan budayawan) Betawi, sehingga fokus utama mereka adalah pada aspek pembentukan bahasa.

Menariknya, saat membaca buku ini, saya juga membandingkan kedua buku yang saya sebutkan di atas dengan perbedaan nomenklatur di banyak daerah.

Contoh utama adalah Ankol yang maknanya dijelaskan oleh Ruchit, yang dijelaskan oleh Cher dan Saidi. Namun karena Angke, Ruchit Kavi gagal menjelaskan asal mula terbentuknya nama tempat dari bahasa N(air) dan Ke(of). Hanya Saidi yang menyebutkan asal muasal kesalahan Angke saat ikut genosida etnis Tionghoa oleh Jerman pada 1740.

Awal Batavia Kota Markas Dagang

Saya membaca versi Zainuddin HM (2012) dimana nama Angke berasal dari gabungan bahasa Tionghoa ang yang artinya darah dan ke yang mengacu pada penyembelihan tahun 1740. Konon cerita Saidi yang paling benar karena Pangeran Tubagus Angke ada sebelum acara itu. .

Mereka yang tertarik menyajikan versi sebanyak yang ada di komunitas untuk ruang tersebut, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan sendiri. Misalnya, Roa/Rua Malaka, yang memiliki dua versi: Rawa Malaka (daerah rawa Malaka yang penuh pepohonan) atau tempat datangnya tentara Portugis dari Malaka.

Jika Anda seorang pemerhati bahasa, Anda mungkin memperhatikan bahwa kelanjutan nama tempat Jakarta mulai dari Rawa tidak berubah menjadi Roa. Dan jika Anda tahu bahasa Portugis, Rua diterjemahkan sebagai jalan. Jadi cerita kedua lebih masuk akal bagi saya. Tetapi siapa yang tahu bahwa Portugis telah menemukan nama bahasa yang cocok?

Perbedaan tersebut di atas sebenarnya tidak menjadi masalah bagi Cher karena mengacu pada teori bahwa semua asal usul nama tempat adalah cerita rakyat atau adat istiadat yang diturunkan dari generasi ke generasi tanpa dokumentasi tertulis. Pembuatnya tidak diketahui dan oleh karena itu tentu saja banyak versi muncul dari campuran tersebut, mis. (Baca resensi buku Cerita Rakyat Betawi Hidup ini)

Museum Sejarah Jakarta Editorial Image. Image Of Historic

Tentu buku ini bukan dari cerita rakyat, melainkan sebuah catatan sejarah yang disusun oleh Ruchit, yang menunjukkan kekayaannya dengan membaca buku-buku sejarah. Itu tidak muncul di atas dua buku Ugon dan Said. Buku-buku tersebut sebagian besar berbahasa Belanda dan tidak ada satupun kesalahan penulisan dalam penulisan bahasa Belanda di buku ini.

Buku tersebut merupakan tambahan penting bagi cerita rakyat api, sejarah dan kehidupan Batavia asli yang selama ini jarang dibahas. Saya juga merekomendasikan membaca buku-buku lain, seperti tulisan Cher dan Saidi, untuk membandingkan gagasan yang berbeda, terutama dalam konteks konstruksi tuturan.

Buku ini telah diterbitkan secara khusus dalam satu jilid dalam format bilingual. Jika ada versi maka itu adalah versi bahasa Inggris. Dalam versi bahasa Inggris terdapat beberapa kesalahan tata bahasa kecil tetapi tidak menimbulkan masalah bagi pembaca dalam memahami isinya. Sangat tepat untuk memberikan hadiah kepada orang asing (warga negara) yang ingin tinggal dan belajar tentang sejarah (tempat) Batavia.

Buku-buku berkualitas tentang sejarah Batavia dan Betawi semakin langka, buku ini saya temukan di Komunitas Bambu Bukukomunitasbambu.com.

Asal Usul Nama Batavia Yang Dipakai Anies Untuk Kota Tua

Judul : Asal Batavia Nama Tempat / Asal Nama Tempat Batavia Penulis : Rachmat Ruchit Penerbit : Masup Batavia Tahun Terbit : Maret 2018 (Edisi Bilingual Terbit Pertama, Recensuit) / 2012 (Edisi Asli) Halaman : 136 (Versio Vulgata) + 124 ( English Version) / Total 260 / Soft Cove Jakarta

Sejarah berdirinya kota jakarta, sejarah kota jakarta wikipedia, sejarah kota tua jakarta, sejarah tentang kota jakarta, sejarah perkembangan kota jakarta, sejarah museum kota tua jakarta, sejarah stasiun jakarta kota, sejarah kota duri, sejarah singkat kota jakarta, sejarah kota jakarta lengkap, buku sejarah kota, sejarah jakarta

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    LAINNYA