Sejarah Kota Depok Pada Masa Voc

8 minutes reading
Sunday, 19 Mar 2023 11:01 0 158 setiawan

Sejarah Kota Depok Pada Masa Voc – Siapa sangka Kota Depok pernah memiliki ketua. Padahal, presiden residen Depok sudah ada sebelum berdirinya Republik Indonesia. Padahal, wilayah yang muncul pasca pemekaran Kabupaten Bogor ini memiliki presiden yang tidak memiliki kualitas sebagai kepala negara. Presiden saat ini adalah pendiri Depok lama yang menjadi cikal bakal berdirinya kota berikon buah belimbing dewa ini.

G. Jonathans adalah presiden terakhir Republik Depok karena pemerintah Indonesia mengambil alih semua tanah swasta Depok pada tanggal 4 Agustus 1952. Kecuali gereja, sekolah, ruang pertemuan dan kuburan, semuanya diambil alih oleh negara. dengan ganti rugi sebesar Rp 229.261,26.

Sejarah Kota Depok Pada Masa Voc

Depok merupakan wilayah administratif pada abad ke-18 yang memiliki pemerintahan kotapraja alias administrasi sipil. Penguasa pertama Depok disebut Cornelis Chastelein. Lahir di Amsterdam, Belanda, Mann (10 Agustus 1657 – 28 Juni 1714) bisa dibilang sebagai pendiri Depok pada 18 Mei 1693, setelah ia menguasai seluruh tanah di kawasan tersebut.

Sejarah Depok Sebelum Masa Penjajahan Jepang

Tahun itu, orang Prancis ini membersihkan alas dengan tujuan untuk membuka lahan pertanian. Cakupan spasialnya sangat luas. Selain pemilik di wilayah administrasi Depok saat ini, Pasar Minggu (Jakarta Selatan) hingga Gambir (Jakarta Pusat) juga berada di bawah kendalinya. Ini sebenarnya tidak mengherankan, karena Chastelein adalah seorang pengusaha terlatih yang berhasil membangun bisnisnya.

Namun prestasinya tak terbantahkan berkat bantuan para budaknya yang berasal dari berbagai suku daerah. Tidak ada angka pasti tentang berapa banyak budak yang ada. Dikabarkan para budak dari Jawa, Sunda, Bali, Bima, Bugis datang ke Ambon. Saat itu, praktik perbudakan masih marak dan terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Namun sebagai pemeluk Kristen Protestan yang taat, Chastelein dikenal sebagai sosok yang penyayang. Karena keprihatinan kemanusiaan dan penghapusan undang-undang perbudakan di Amerika Serikat dan Eropa, dia mengikuti tren untuk membebaskan budaknya. Chastelein lebih memperhatikan mereka yang ingin masuk agamanya.

Namun, berdasarkan catatan Yayasan Cornelies Chastelein (YLCC), para pekerja terbagi menjadi dua belas marga, yakni Bakas, Isac, Jonathans, Joseph, Laurenz, Leander, Loen, Samuel, Sudira, Tholence, Yakob dan Zadoch. Nama belakangnya feminin. Jika dia menganut sistem budaya paternalistik, garis keturunannya berakhir dengan Zadoch. Menurut YLCC, mereka adalah warga pertama Depok.

Rumah Cimanggis: Peninggalan Belanda Di Depok

Melalui keharmonisan dengan mantan budaknya, pedagang VOC mengubah kawasan penyangga Batavia ini menjadi kawasan pembangunan seperti sekarang ini. “Pusat keramaian berada di kawasan Depok,” ujar Penasihat YLCC Pdt Carlo Leander.

Sisa-sisa pusat peradaban Chastelein dan 12 marga mudah ditemukan di kawasan Depok kuno. Sayangnya bangunan tua ini kondisinya sudah memprihatinkan, seperti yang lumrah terjadi di antara kita masyarakat yang tidak peduli dengan peninggalan sejarah. Ditambah lagi dengan kebijakan Pemkot Depok untuk tidak menetapkan kawasan ini sebagai cagar budaya sehingga mengurangi aura tempoe doeloe.

Saya mencoba menelusuri kawasan Depok lama yang terletak di kecamatan Pancoran Mas. Menuju kawasan ini cukup mudah. Dari Jakarta, kita bisa mengambil Jalan Raya Margonda hingga bertemu perempatan. Saat kami sampai di ujung jalan, kawasan itu sudah termasuk kawasan bersejarah.

Jika ingin melihat bangunan tua lebih dalam, Anda memiliki pilihan untuk lurus melewati Jalan RA Kartini atau belok kiri menuju Jalan Siliwangi tempat RS Hermina berada. Di kawasan ini penduduknya didominasi oleh umat Kristiani karena merupakan keturunan langsung dengan banyak berdiri gereja.

Depok Lama Punya Cerita

Di belakang RS Hermina saya mengikuti Jalan Kambodja sekitar 100 meter. Ini adalah tempat pemakaman untuk semua keturunan dari 12 marga yang mendirikan Depok lama. – Luas wilayah di sini sekitar 8.800 meter persegi, kata Yoseph (55), penggali yang sudah bekerja selama 44 tahun. Saat itu ia dan tiga kawan lainnya baru saja menguburkan generasi kedelapan seorang budak dari Chastelein.

Sangat mudah untuk melihat bahwa makam ini sudah tua. Saya telah menemukan banyak batu nisan orang mati dengan prasasti dari abad ke-19. Di bawah batu nisan Adolf van Der Capellen tertulis bahwa ia lahir pada 15 Januari 1825 dan meninggal pada 6 April 1888. Karena usianya sudah dua abad, Yoseph mengatakan areal pemakaman sudah penuh. Untuk menyiasatinya, ketika seseorang meninggal dunia, kuburan otomatis digabungkan dengan keluarga yang meninggal terlebih dahulu.

Dia sudah lupa berapa kali dia memindahkan kuburan atau menyatukan bingkai keluarga untuk dimakamkan di sana. Menurut perkiraannya, tak kurang dari 2.000 orang dimakamkan di kuburan khusus 12 marga. “Pemakaman ini bersejarah dan bisa menjadi bukti bahwa peradaban Depok sudah ada sejak lama,” ujarnya.

Saya melanjutkan perjalanan untuk melihat peninggalan blok lain di Jalan Pemuda. Inilah pusat kota Depok lama yang ramai. Terlihat jelas masih banyak sisa-sisa bangunan tua yang masih bisa dilihat, meski sebagian telah diubah menjadi rumah pribadi dan perkantoran.

Penampakan Rumah Cimanggis Jadi Ikon Sejarah Peninggalan Voc

Salah satu bangunan tua yang masih terlihat bagus adalah Rumah Sakit Harapan Depok (RSHP). Tempat ini dulunya adalah kediaman Chastelein. Karena ditangani oleh YLCC, arsitektur rumah sakit tertua di Depok ini tetap dipertahankan. Saya menyempatkan diri masuk ke dalam gedung untuk melihat aktivitas warga yang meminta berobat atau cek kesehatan dan berbincang dengan petugas medis. Kesan bangunan tua yang terawat dapat terbaca dari dinding, tiang, dan atap yang masih kokoh.

Di depan RSHP terdapat sebuah rumah tua yang kondisinya masih bagus. Tentu saja, arsitektur yang berbeda dari deretan rumah di sebelahnya sangat mencolok karena memberikan kesan Eropa. Hanya saja saat saya ke sana rumahnya dalam keadaan tertutup dan tidak terlihat aktivitas apapun dari penghuni di dalamnya.

Melanjutkan ke timur saya menemukan SD Pancoran Mas II, sebuah bangunan Belanda kuno. Sedikit bergerak lebih jauh lagi terdapat Gereja Kristen Jemaat yang berdiri sejak tahun 1714 dan kini berganti nama menjadi GPIB Immanuel Depok. Di sebelah gereja ada Sekolah Menengah Kasih (SMP).

Saya masuk dan meletakkan kaki saya di sana. Saat saya mencoba melihat konstruksinya, saya bisa merasakan sendiri bahwa kualitasnya masih sangat bagus dan terlihat bagus. Sebagian gedung SMP Kasih digunakan sebagai pusat kegiatan pengurus YLCC. Merekalah yang mengatur semua kekayaan dari 12 klan keturunan budak yang dibebaskan oleh Chastelein.

Depok Lama Punya Tinggalan Era Belanda, Kini Jadi Kafe, Rs, Sampai Sd

Gedung YLCC yang terletak di Jalan Pemuda, Depok ini memiliki arsitektur Belanda yang sangat khas. Polanya, tiang-tiang di depan bangunan dan langit-langit yang tinggi memberikan kesan elegan pada bangunan tersebut meski usianya sudah lebih dari 200 tahun. Di dalamnya terdapat sejumlah lukisan dan foto karya Abraham Schurkogel, seorang pendeta yang datang ke Depok pada periode 1817-1827. Sayangnya, saya tidak dapat menemukan foto Chastelein.

Namun, jejak peninggalannya bisa dilihat di dinding kantor YLCC dekat pintu masuk. Terukir di situ wasiatnya kepada 12 marga untuk mengelola lahan pertanian yang ditinggalkannya. Pesan Chasetelein ditulis dalam bahasa Belanda dengan terjemahan ejaan bahasa Jawa kuno.

Carlo menyarankan agar pemerintah daerah mengeluarkan pedoman pelestarian kawasan bersejarah, khususnya Jalan Pemuda. Karena sebagai cikal bakal Kota Depok, sudah sepantasnya Depok lama mendapat perhatian khusus. Selain untuk membangkitkan kembali pariwisata karena nilai sejarahnya yang tinggi, bangunan bersejarah yang tersisa akan dilestarikan, ujarnya.

Menurut analisanya, dia optimis jika kawasan Jalan Pemuda ditata dan dikembangkan saja, wisatawan akan banyak datang ke sana. – Harus disosialisasikan karena di sini banyak monumen budaya bersejarah yang harus dilestarikan, katanya.

Asal Usul 12 Marga Dan Kisah Cornelis Chastelein Hibahkan Tanahnya Di Depok

Cukup mudah menemukan berbagai peninggalan di Depok Kuno. Setelah menyusuri Jalan Siliwangi dan Jalan Pemuda, saya melanjutkan perjalanan ke Jalan RA Kartini. Banyak peninggalan budaya yang hilang di tempat ini. Rumah yang dibangun di Belanda itu diubah menjadi rumah komersial karena dijual oleh pemiliknya yang merupakan keturunan dari 12 rumah keluarga warisan Chastelein.

Tak hanya itu, rumah tertua salah satu keluarga budak pun diubah menjadi pom bensin (SPBU) umum. Di sisi barat jalan, SPBU ini terbilang baru jika dilihat dari bangunannya. Ada tiga tangki bahan bakar plus satu tangki khusus sepeda motor.

Madun, pria yang berprofesi sebagai penarik becak, menjadi saksi penghancuran rumah-rumah tua. Dia tidak mengetahui alasan pasti mengapa pemilik rumah menjual kavling dan bangunan bernilai sejarah tinggi tersebut. Hanya saja, dilihat dari informasi yang diterimanya dari warga sekitar, pemilik sengaja menjual rumahnya, karena dibeli dengan harga mahal. Hal ini bisa dimaklumi karena lokasinya yang sangat strategis karena berada di jalan utama Kota Depok.

Di seberang SPBU, kata Madun, sejumlah bangunan komersial baru dibangun dan selesai pada 2011. Padahal, dulu ada rumah yang memiliki ciri khas pekarangan yang ditanami pepohonan hijau. “Rumah aslinya sudah dirobohkan. Mereka menjual tanah di sana dan tidak tahu di mana mereka tinggal sekarang, katanya.

Rumah Cimanggis Voc, Wapres Jk: Apa Yang Mau Dibanggakan?

Setelah dicari lagi, masih ada rumah tua di belakang ruko yang berhasil diselamatkan. Rumah dengan arsitektur Negeri Kincir Angin ini dihuni oleh warga dari 12 marga. Namun sayangnya saat itu rumahnya tertutup rapat dan penghuninya tidak terlihat.

Di jalan ini juga saya temukan tiang setinggi 10 meter yang merupakan bagian dari peninggalan penjajahan Belanda. Tiang yang menjulang di sisi jalan utama ini pernah digunakan sebagai tiang telepon tunggal yang dibangun pada abad ke-20. Tentu saja, sebagai salah satu situs sejarah, kondisinya dinilai tidak sehat, karena dibiarkan begitu saja. Dengan pelebaran jalan yang direncanakan, keberadaan pilar tersebut tentu akan terancam.

Saya kemudian memasuki sebuah gang di pinggir Jalan Kartini untuk melanjutkan perjalanan menuju stasiun tua Depok (Stadela). Stasiun ini berjarak sekitar 40 meter dari jalan utama. Selain dipenuhi mobil dan pedagang, deretan kios dan tempat parkir yang semrawut menambah kesan kusam salah satu stasiun kereta api tertua di Jabodetabek ini.

Stasiun Stadela sangat strategis karena berada di tengah jalur kereta api Jakarta (Batavia) – Bogor (Buitenzorg). Stasiun ini dibangun pada masa kemerdekaan seiring dengan perkembangan wilayah Depok. Sebelum stasiun ini dibangun, penggunaan rel listrik antara Kota (Beos) dan Stasiun Bogor sudah beroperasi sejak tahun 1930. Namun kereta tidak berhenti di Depok saat itu karena hanya ada beberapa

Kunci Jawaban Ips Kelas 7 Halaman 164 Kurikulum Merdeka, Periode Kekuasaan & Monopoli Voc Di Maluku

Masa penjajahan voc, masa voc, mengapa masa kekuasaan voc disebut akar kolonialisme belanda di indonesia, sejarah hadits pada masa nabi, sejarah pada masa penjajahan jepang, sejarah tasawuf pada masa rasulullah, apa penyebab intervensi voc pada masa kekuasaan amangkurat, sejarah pengelolaan zakat pada masa rasulullah, masa pemerintahan voc, masa kekuasaan voc, masa kejayaan voc, sejarah melayu riau pada masa lampau

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    LAINNYA