Selamat pagi, para pendidik, teman-teman sejawat, dan seluruh hadirin yang saya hormati.
Dunia kita saat ini dipenuhi dengan teknologi dan konektivitas yang luar biasa. Media sosial, yang awalnya diciptakan sebagai alat untuk menyatukan kita, kini kadang menjadi medan pertempuran bagi perasaan dan harga diri kita. Khususnya bagi kita, para remaja, komentar-komentar di media sosial seringkali mempengaruhi persepsi kita tentang diri sendiri.
Setiap hari, kita berbagi momen, pencapaian, bahkan ketakutan dan kegagalan kita di media sosial. Sayangnya, dengan setiap unggahan, kita juga membuka diri kita untuk dinilai, dikritik, bahkan dicemooh oleh orang lain, yang mungkin bahkan tidak kita kenal sebelumnya.
Teman-teman, saya yakin banyak di antara kita yang pernah merasa tertekan atau sedih karena komentar negatif yang kita terima di media sosial. Rasa tidak cukup baik, rasa tidak diterima, atau bahkan merasa tidak berharga. Semua ini, meski mungkin hanya berasal dari beberapa kata di layar, bisa memiliki dampak mendalam terhadap kesehatan mental kita.
Kita hidup di era dimana validasi seringkali dicari melalui “like”, “share”, dan komentar positif. Namun, kita harus sadar bahwa nilai kita sebagai individu tidak bisa diukur hanya melalui respons digital.
Kesehatan mental adalah hal yang serius. Menurut data, remaja yang sering mengalami cyberbullying atau pelecehan di media sosial memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan bahkan pemikiran bunuh diri. Ini bukanlah hal yang sepele.
Apa yang bisa kita lakukan?
Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa setiap orang berjuang dengan pertempuran mereka sendiri, yang mungkin tidak kita ketahui. Mari kita menjadi bagian dari solusi, bukan masalah. Mari kita menjadi generasi yang mendukung, memahami, dan mengedepankan empati.
Jaga dirimu, jaga hatimu, dan jadilah kekuatan positif di dunia maya.
Terima kasih.
Pidato ini menekankan pada dampak komentar media sosial terhadap kesehatan mental remaja dan memberikan saran tentang bagaimana cara menghadapinya dengan bijak dan empati.
No Comments